Senin, 18 Juni 2012

Renggut Masa Bermain, Eksploitasi Anak Marak di Jalanan


Psikologi Zone – Muncul keprihatinan mana kala melihat semakin marak fenomena anak-anak di bawah umur menjajakan koran dan dagangan lain di perempatan jalan protokol, traffic light, dan pinggir-pinggir jalan Kota Semarang. Sejumlah kalangan dan para pemerhati anak miris dibuatnya.
“Sangat memprihatinkan ketika anak-anak itu harus membantu orang tua mencari nafkah, sementara mereka sebenarnya harus bermain dan belajar. Jadi mereka ini masak sebelum saatnya,” kata psikolog Probowatie Tjondronegoro, Senin (23/4).
Pergaulan menjadi tidak terpantau, akibatnya buruk bagi perkembangan fisik dan psikologis anak. Bukan hanya orang tua yang harus bertanggung jawab, namun pihak pemerintah seharusnya turun tangan menanggapi fenomena ini.
“Pergaulan di jalan raya itu kan tidak terseleksi. Maka secara fisik dan psikologis (fenomena) ini jelas tidak baik, tidak oke. Ini merupakan persoalan serius yang bukan saja harus diselesaikan oleh para orang tua dari anak-anak itu, tapi juga persoalan kita dan pemerintah,” kata Probowatie di kantor Humas RS St Elisabeth.
Di kesempatan lain, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, jumlah anak telantar di Indonesia sudah mencapai 4,5 juta anak, tersebar di berbagai daerah. Pemerintah melalui Kementerian Sosial sudah menyediakan dana sebesar 281 miliar rupiah, namun hanya cukup untuk menangani 175 ribu anak.
Pernyataan tersebut disampaikan menteri setelah menyerahkan bantuan kelompok usaha bersama (KUBE) di Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (23/4).
Menurutnya, anak telantar banyak disebabkan eksploitasi oleh orang tua, mereka dimanfaatkan untuk mencari uang. Tentu kondisi semacam ini membuat anak tidak tumbuh dengan sehat. Perlu adanya tindakan yang sinergi antara pemerintah, pekerja sosial, relawan dan masyarakat untuk menyelamatkan anak Indonesia.
Di Semarang, anak usia sekolah bahkan usia pra sekolah kerap terlihat di beberapa titik lalu lintas, misalnya di jalan Pahlawan, Pandanaran, Pemuda dan jalan protokol lain. Keberadaan mereka membuat kekhawatiran karna tidak mempedulikan laju kendaraan. (sm/rpk/mba)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar